Kamis, 18 Oktober 2012

TAK ADA SALAHNYA PEREMPUAN JADI PEMIMPIN

Berbicara soal perempuan dan kepemimpinan, sangatlah menarik dan penuh tantangan saat ini. Banyak orang kini mempersoalkan hal ini. Ada yang berkata bahwa sebagai seorang perempuan kita tidak dianjurkan untuk memimpin. Karena perempuan dipandang lebih baik berperan sebagai seorang pendidik yang baik. Orang-orang selalu saja hanya melihat hal-hal yang negative atau yang sisi lemahnya saja kala perempuan memimpin. Padahala, ketika laki-laki memimpin kelemahan dan yang negative itu juga tidak kurang jumlahnya. Sering orang berkata seperti ini “Kita semua sudah menyaksikan dan merasakan sendiri. Pada tahun 2002 lalu, pemimpin negara kita seorang perempuan. Bagaimana keadaan kita dan keadaan negara kita saat itu? Tidak begitu tentram kan? Karena dimana-mana sering terjadi konflik dan kerap kali pertumpahan darah terjadi di daerah kita. Inilah beberapa alasan dan pendapat yang sering kita temukan. Namun, apakah ketika tampuk pimpinan negara ini di tangan lelaki, tidak terjadi hal-hal seperti disebut di atas?
Tentu saja masalahnya bukan pada persoalan laki-laki atau perempuan. Tetapi, lebih ditentukan oleh mutu atau kualitas diri, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi bukan tidak boleh kalau perempuan menjadi seorang pemimpin. Boleh saja, sekali lagi asalkan kita sanggup dan kita punya keyakinan yang teguh untuk jadi seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin itu mempunyai tanggung jawab yang berat.
Memang kita semua pasti ada niat untuk jadi seorang pemimpin, demikian juga saya dalam lubuk hati saya yang paling dalam, saya juga ingin menjadi seorang pemimpin. Saya sudah mencobanya, yaitu menjadi pemimpin dalam keluarga saya. Karena sebagai anak tertua saya harus bisa memimpin dan mendidik adik-adik saya. Akan tetapi itu semuanya tidak bertahan lama, karena mereka sudah dewasa dan saya tak sanggup lagi untuk memimpin keluarga saya. Sekarang semuanya diambil alih oleh adik kedua saya. Dan artinya, saya sebenarnya bisa memimpin. Maka hal yang penting sebagai seorang perempuan adalah memiliki kemauan untuk memimpin.
Bukti lain bahwa seorang perempuan bisa menjadi pemimpin adalah kalau kita mau melihat sosok diri Megawati. Selayaknya kalau saya merasa salut pada ibu Megawati Soekarno Putri. Beliau sanggup untuk memimpin sebuah negara, meskipun pada saat beliau memimpin keadaan negara tidak begitu aman. Namun, kondisi tidak aman tersebut, bukanlah hanya terjadi di tangan bu Megawati. Kondisi tidak aman tersebut adalah warisan dari para pemimpin sebelumnya. Namun sayang, tidak amannya negara selama Megawati menjadi presiden selalu saja dijadikan sebagai bentuk kelemahan atau ketidakmampuan Megawati dalam memimpin negara ini. Tidak adil bukan?
Terlepas setuju atau tidak bahwa beliau sudah membuktikan seorang perempuan juga bisa menjadi pemimpin negara. Walaupun hanya beberapa tahun beliau menjabat sebagai pemimpin, tak ada salahnya juga kita mencoba untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Karena lelaki dan perempuan sama-sama diciptakan untuk menjadi pemimpin yang baik.
 
Sangat langka ada orang yang ditakdirkan menjadi Presiden sekaligus juga pernah menjadi Wakil Presiden. Di negeri ini, sejarah mencatat dua orang putra putri Indonesia , yaitu Prof. DR. IR. Habibie dan Megawati Soekarnoputeri. Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta pun tidak "berani" berganti tempat dari Presiden ke Wakil Presiden atau sebaliknya. Bahkan Pak Harto sang penguasa Orde Baru, belum pernah menjabat Wakil Presiden.
Megawati Soekarnoputeri atau akrab dipanggil Bu Mega, pantas diberi sorotan khusus dalam mencari sosok pemimpin bangsa di negeri merdeka ini. Tentu bukan hanya dipandang sebagai puteri Proklamator Bung Karno, namun yang lebih nyata, Mega adalah simbol dari 'kebangkitan kaum perempuan' dalam mengisi kepemimpinan bangsa. Mega secara de jure dan de facto pernah memimpin bangsa yang penduduk nya menempati peringkat ke 4 terbesar di dunia. Mega tercatat sebagai pemimpin partai politik yang cukup besar dan pernah menjadi pemenang Pemilu Legislatif. Dan jangan dilupakan, Mega adalah sosok pemimpin yang visi dan misi nya konsisten membela "wong cilik".
Ibu Mega, seorang ibu rumah tangga yang sejak kecil tidak pernah disiapkan untuk memimpin bangsa. Bung Karno, ayahnya, lebih senang melihat Mega kecil belajar menari dan menampilkan kegemulaian tariannya di lingkungan istana untuk meghibur tamu-tamu negara sahabat. Namun, sejarah berkata lain. Mega ternyata mampu meraih prestasi yang lebih tinggi, dengan menyabet dua posisi tertinggi dalam sistem kenegaraan kita, yaitu Presiden dan Wakil Presiden.
Sebagai perempuan Indonesia kita sungguh bangga atas prestasi yang dicapai oleh ibu Mega. Bukan saja Mega mewakili semangat gender, namun hal ini memberi bukti bahwa kaum wanita pun mampu dan bisa menjadi seorang pemimpin bangsa.
Perjalanan ibu Mega meraih prestasi yang sangat brilyan ini, tentu tidak lepas dari berat nya perjuangan yang harus dilalui. Setelah sekian waktu "dizolimi" oleh rezim Orde Baru, akhirnya sinar terang memihak kepada beliau. Rakyat semakin cerdas dan berani melakukan "perlawanan" atas ketidak-adilan. Rakyat sudah mulai membuka mata dan telinga . Seusai melalui perlakuan-perlakuan politik yang diskriminatif, berturut-turut peristiwa kecurangan dalam Kongres PDI di Medan, penyerbuan Kantor DPP PDI, 27 Juli, dll , maka dengan melekatkan kata "perjuangan" di partai nya, bu Mega akhirnya mampu menghantarkan partai nya memperoleh mandat rakyat Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar